Hipospadi merupakan suatu kelainan kongenital (bawaan) atau sejak lahir pada anak laki-laki. Kata hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu Hypo yaitu dibawah dan spadon berarti lubang. Dapat didefinisikan bahwa posisi dari lubang saluran kemih terletak pada bagian bawah atau bagian anterior penis. Beberapa kasus hipospadia bagian penis biasanya lebih pendek dan melengkung dari pada umumnya.
Di negara barat angka hipospadia yaitu 8:1000 kelahiran hidup. Di Indonesia angka hipospadia belum diketahui secara pasti. Pada suatu penelitian di RSUP Prof. dr, R. D. Kandau Manado pada periode Januari 2009-oktober 2010 ditemukan 17 kasus. Di RS sanglah bali daru januari 2009-april 2012 menemukan 53 kasus. Sedangkan di RSCM Jakarta untuk rentang tahun 2002-2004 menemukan 124 kasus. Angka ini sebenarnya hanya gambaran kecil. Faktanya banyak kasus hipospadi. Namun karena kurangnya pengetahuan masyarakat indonesia mengenai kelainan ini menyebabkan banyak kasus yang dapat ditangani rumah sakit ataupun fasilitas dan tenaga kesehatan belum merata sehingga kasus ini sulit terdeteksi.
Sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti penyebab dari hipospadia. Namun, beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara BBLR, premature dan riwayat hipertensi pada ibu dengan kejadian ini. Hal ini karena fungsi plasenta terganggu mengakibatkan regulasi hormonal dan penyediaan nutrisi pada janin terganggu sehingga mempengaruhi pembentukan saluran uretra.
Beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian hipospadia dengan paparan lingkungan yang berhubungan dengan paparan lingkungan yang berhubungan dengan bahan kimiawi yaitu pestisida pada makanan, progestin dan pola dari diet vegetarian yang secara tidak langsung mempengaruhi proses pembentukan urogenital. Seorang ibu yang menjalani diet vegetarian mempunyai resiko 4 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak diet vegetarian. Hal ini karena phytoestrogen diketahui sebagai reseptor estrogen mempengaruhi perkembangan urogenital.
Di penelitian lain dikemukakan bahwa adanya defek pada produksi testoteron oleh testis dan kelenjar adrenal, kegagalan konversi dari testoteron oleh testis dan kelenjar adrenal, kegagalan konversi dari testoteron ke dihidrotestoteron, defisiensi reseptor androgen di penis, maupun penurunan ikatan antara dihidrotestoteron dengan reseptor androgen dapat menyebabkan hipospadi
Klasifikasi
Hipospadi dibagi berdasarkan lokasinya. Yang paling sering diigunakan adalah klasifikasi Duckett yang membagi hipospadi menjadi 3 yaitu:
Tipe yang paling sering ditemukan adalah subcoronal. Klasifikasi berdasarkan derajat bersifat sangat subjektif tergantung dari ahli bedah masing-masing.
- Mild hipospadia/grade 1, muara uretra dekat dengan lokasi normal dan berada di ujung tengah glans (glanular, coronal, subcoronal)
- Moderate hispospadia/grade 2, muara uretra berada di tengah-tengaj lokasi normal dan scrotal (distal penile, midshaft)
- Severe hipospadi/grade 3, yaitu muara uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya (perineal, scrotal, penoscrotal)
Gejala klinis
Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat kelainannya. Secara umum jarang sekali menimbulkan gangguan fungsi. Namun sering sekali berhubungan dengan gangguan kosmetik. Pada hipospadia sering ditemukan chorda. Chorda merupakan pembengkokan menuju arah ventral dari penis. Disebabkan karena adanya atrofi dari corpus spongiosum, fibrosis dari tunica albuginea dan fasia di atas tunica, pengencangan kulit ventral dan fasia buck. Terjadi pula perlengketan antara kulit penis dengan struktur disekitarnya atau perlengketan antara urethral plate ke corpus cavernosa. Keluhan yang mungkin timbul yaitu pancaran urin yang lemah, nyeri saat ereksi dan gangguan saat berhubungan seksual.
Terapi
Tujuan dari pengobatan hipospadi yaitu membuat penis tegak lurus, reposisi muara uretra ke ujung penis, membuat neouretra, merekonstruksi penis jadi terlihat normal dan menurunkan resiko komplikasi.
Operasi yang dibutuhkan seperti orthoplasti (chordectomy) yaitu melakukan koreksi chorde sehingga penis tegak lurus kembali. Lalu uretroplasty agar membuat uretra baru yang sesuai dengan lokasinya. Serta glansplasty yaitu pembentukan glans penis kembali. Glansplasty sering diikuti prepucioplasty. Usia ideal untuk operasi adalah usia 6-12 bulan. Semakin dini semakin mudah perawatannya.
Anak dengan hipospadia memiliki masa puber dan pertumbuhan seks sekunder yang normal. Penderita mempunyai fungsi testis dan androgen yang normal. Aktivitas seksual cukup memuaskan dan fertilitas tidak terpengaruh kecuali penderita memiliki kelainan lain yang berkaitan.
Tangkudung, jerry et al. 2016. faktor resiko hipospadi pada anak di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
Krisna, Daniel et al. 2017. Hipospadia: bagaimana karakteristiknya di indonesia
No comments:
Post a Comment